Ayah ASI? Makhluk apa itu?
Mungkin sebagian dari kalian yang membaca tulisan ini sudah pernah mendengar
tentang Ayah ASI tapi bagi kalian yang belum, gua akan menceritakan legenda
makhluk mitologi ini. He he he .
Suatu hari di awal pernikahan gua
pada tahun 2012, gua menemukan sebuah buku yang tergeletak di atas meja tamu
ketika pulang dari kantor. Terlihat jelas judulnya “ Catatan Ayah ASI “. Ah
palingan buku bacaan istri, pikir gua dalam hati. Selesai mandi dan makan malam
gua melihat buku itu masih di tempat yang sama. Penasaran, akhirnya gua tanya
ke istri, “ Itu buku apa bu?” “Baca aja!” jawab istri sambil tersenyum.
Ah ini pasti akal-akalan istri
aja nih biar gua baca tentang asi pikir gua. Akhirnya gua mengurungkan niat
untuk membaca buku itu dan pergi tidur.
Ketika terbangun menjelang subuh,
gua melihat buku itu masih berada di posisinya semula. Penasaran, dengan
judulnya, gua pun memutuskan untuk mengintip isinya. Baca dikit ah sambil
menunggu azan subuh, pikir gua.
Seperti stigma yang sudah terbentuk
dalam masyarakat kita, pada awalnya gua juga berpikir ngapain sih laki
ngomongin tentang ASI? Bukannya anak itu urusan ibunya ya? Tapi setelah membaca
tiap lembar buku itu gua seakan melihat cahaya Ilahi yang memberikan pencerahan
pada diri gua. Bahasa yang lugas, to the
point, khas obrolan kaum pria, membuat gua bisa memahami dengan baik apa
yang ingin disampaikan buku ini.
Buku ini menceritakan kisah para
penulisnya tentang bagaimana pengalaman mereka ketika istri melahirkan dan apa
problem yang mereka hadapi. Pengalaman yang belum pernah gua rasakan ini tentu
saja menjadi wawasan baru dan membuka pikiran gua betapa pentingnya peranan
ayah dalam kehidupan seorang anak sejak dia lahir.
Memang seberapa pentingnya peran
seorang ayah sih? Dr Utami Roesli pernah menyatakan berdasarkan penelitian
diketahui bahwa lebih dari 98% ibu menyusui yang mendapatkan dukungan dari
orang terdekatnya terutama suami, berhasil memberikan asi eksklusif bagi
bayinya. Suami adalah support system yang
sangat dibutuhkan sang istri sebagai pelindung, pemberi rasa nyaman, cheerleader, dan peran pembantu lainnya
saat proses menyusui.
Sayangnya seperti yang sudah gua
bilang di atas, kebanyakan kaum laki berpikir bahwa mengurus anak adalah hak
prerogratif sang istri. Padahal bikinnya berdua, harusnya ngurus anaknya juga
berdua kan ya? He he he.
Sebetulnya para ayah ini bukannya
tidak mau ikut campur dalam urusan anak tapi kebanyakan lebih kepada gak tahu
apa yang harus dilakukan untuk membantu istri. Nah, karena itulah hadir Ayah
ASI yang berniat untuk saling berbagi pengalaman dalam hal memberikan dukungan
terhadap istri yang sedang menyusui. Edukasi yang dilakukan tentu saja dengan
menggunakan pendekatan melalui sudut pandang dan bahasa laki-laki sehingga dapat
diterima dengan baik oleh para bapak ini.
Setelah membaca buku Catatan Ayah
ASI pun gua jadi tergerak untuk mencari
tahu lebih banyak lagi tentang dunia pernenenan dan ASI. Mulai dari baca
artikel-artikel yang ada di internet sampai ikutan kelas edukasi menyusui yang
diadakan oleh Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). Berangkat dari hal itulah
akhirnya gua pun berusaha untuk aktif ikut mengkampayekan pentingnya dukungan
suami terhadap keberhasilan proses ibu menyusui.
Nah kalo elo mau tahu lebih
banyak lagi bagaimana cara memberikan dukungan terhadap ibu menyusui, pantengin
terus tulisan-tulisan di blog ini ya atau dengerin juga podcastnya ayah ASI.
Kita sih memang bukan ahli tapi kita suka untuk berbagi. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar